Senin, 20 September 2010

TANTANGAN BERSAMA, KEKAYAAN BERSAMA

Dr. Roberto Akyuwen
Widyaiswara Madya pada Balai Diklat Keuangan Yogyakarta
Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Kementerian Keuangan RI

Tulisan ini  bersumber dari buku Jeffrey D. Sachs, 2008. Common Wealth: Economics for a Crwoded Planet. London: Penguin Books.

“Penduduk dunia dewasa ini mencapai 6,8 miliar orang dan akan terus bertambah... Kita hidup pada suatu planet yang penuh sesak. Manusia mengisi setiap bagian dari bumi dan semakin banyak dari kita yang bertarung untuk memperebutkan sumber daya dan enerji yang semakin langka. Bagaimana kita dapat memastikan bahwa nantinya masih tersisa tempat untuk kehidupan? Kita terperangkap di dalam peperangan ideologi, sehingga tidak ada yang memperhatikan tantangan yang sebenarnya dihadapi. Namun, semuanya dapat dipecahkan”.

Abad ke-21 memutarbalikkan banyak asumsi kita mengenai kehidupan ekonomi. Abad ke-21 ditandai dengan berakhirnya dominasi Eropa terhadap politik dan ekonomi dunia. Abad ke-21 juga mulai menunjukkan berakhirnya dominasi Amerika. Kekuatan-kekuatan baru, seperti Cina, India, dan Brasil, terus bertumbuh dan suara mereka semakin terdengar. Perubahan terjadi semakin dalam dan lebih dari sekedar perimbangan ekonomi dan politik di antara belahan dunia. Tantangan pembangunan berkelanjutan menjadi pusat perhatian dan mencakup perlindungan lingkungan, stabilisasi populasi dunia, pengurangan kesenjangan, serta berakhirnya kemiskinan ekstrim. Kerjasama global harus mengemuka. Ide persaingan antarnegara untuk memperebutkan pasar, kekuasaan, dan sumber daya menjadi ketinggalan jaman. Pemikiran bahwa Amerika Serikat akan mengganggu atau menyerang untuk alasan keamanan terbukti keliru dan merugikan diri sendiri. Dunia telah menjadi terlalu sesak dan berbahaya untuk melakukan “permainan besar” di Timur Tengah atau di tempat lainnya.
Tantangan abad ke-21 adalah menghadapi realitas bahwa umat manusia berbagi takdir bersama pada planet yang penuh sesak. Takdir bersama tersebut mensyaratkan bentuk kerjasama global yang baru di mana para pemimpin dunia harus saling memahami atau bergandengan tangan. Teknologi dan demografi selama 200 tahun terakhir semakin jauh meninggalkan kekompakan. Industrialisasi dan ilmu pengetahuan telah menciptakan perubahan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah manusia. Filsuf, politikus, artis, dan ekonom terus berjuang untuk mengikuti perubahan kondisi sosial dan semakin tertinggal oleh realitas.
Dalam 75 tahun terakhir, penduduk di negara-negara yang paling sukses mulai memahami bahwa mereka berbagi takdir bersama dan membutuhkan peran aktif pemerintah untuk memastikan setiap penduduk memiliki peluang yang sama melalui pendidikan dan kesehatan publik serta infrastruktur dasar, untuk berpartisipasi secara produktif dalam masyarakat dan untuk mengurangi bahaya pelanggaran terhadap lingkungan fisik. Filosofi ini harus dituntun oleh prinsip-prinsip keadilan sosial dan lingkungan yang belum berkembang di masyarakat global.
Masyarakat global di abad ke-21 akan semakin kaya atau musnah tergantung pada kemampuan menemukan kesamaan tujuan dan cara untuk mencapainya. Tekanan kelangkaan enerji dan lingkungan, peningkatan populasi dunia, migrasi penduduk, pergeseran kekuatan ekonomi, dan ketidakmerataan pendapatan terlalu penting untuk diserahkan kepada kekuatan pasar dan persaingan geopolitik antarnegara. Pertarungan peradaban dapat muncul dari meningkatnya ketegangan dan dapat menjadi pertarungan yang menghancurkan segalanya.
Tidak mudah untuk mendorong kerjasama, bahkan sekalipun di dalam negara sendiri. Pada abad pertama industrialisasi, Inggris dan negara-negara industri lainnya dicirikan oleh kondisi sosial yang keras di mana individu dan keluarga bertarung dalam periode industri baru. Charles Dickens dan Friedrich Engels memberikan testimoni tentang kekerasan kehidupan sosial ketika itu. Masyarakat industri secara bertahap memahami bahwa mereka tidak dapat meninggalkan kubangan kemiskinan dalam bentuk perampasan, penyakit, dan kelaparan, tanpa mengadili kejahatan serta mengatasi ketidakstabilan dan penyakit. Melalui perselisihan politik yang hebat, asuransi sosial dan skema transfer bagi penduduk miskin secara bertahap menjadi alat perdamaian sosial dan kesejahteraan sejak tahun 1880. Sekitar setengah abad lalu, banyak negara mulai mengenali bahwa udara, air, dan tanah harus dikelola secara lebih intensif untuk memenuhi kebutuhan penduduknya. Bagian-bagian kota yang miskin tidak lagi dapat menjadi tempat penampungan limbah beracun, karena dapat mengancam bagian kota yang kaya. Industri berat mencemarkan udara dan air. Polusi industri di suatu wilayah dapat dibawa oleh angin, hujan, dan sungai hingga ratusan kilometer ke hilir dan merusakkan hutan, danau, lahan basah, dan cadangan air.
Tempaan komitmen nasional lebih berat di dalam masyarakat seperti di Amerika Serikat yang terbagi menurut ras, agama, etnik, kelas, dan pribumi, di samping imigran. Sistem kesejahteraan sosial terbukti hanya merupakan pendekatan yang efektif dan populer di dalam etnik masyarakat yang homogen, seperti di negara-negara Skandinavia, di mana masyarakat percaya bahwa pajak yang dibayarkan mereka akan “membantu diri mereka sendiri”. Amerika Serikat merupakan suatu negara yang paling beragam secara ras dan etnik di antara negara-negara yang berpendapatan tinggi. Amerika Serikat juga merupakan satu-satunya negara berpendapatan tinggi tanpa asuransi kesehatan nasional, hingga diajukan oleh pemerintahan Presiden Barrack Obama beberapa waktu lalu. Bahkan di dalam suatu negara dengan masyarakat yang berbeda-beda sekalipun, manusia sulit untuk mempercayai bahwa mereka berbagi tanggung jawab dan takdir di antara perbedaan pendapatan, agama, dan khususnya ras.
Saat ini, berbagi tanggung jawab dan takdir di antara kelompok sosial perlu diperluas secara internasional, sehingga seluruh dunia terlibat dalam memastikan berlangsungya pembangunan berkelanjutan di semua wilayah. Tidak ada bagian dunia yang dapat diabaikan, sehingga terjadi kemiskinan ekstrim, atau dijadikan sebagai tempat pembuangan limbah beracun, tanpa mengancam dan memusnahkan bagian dunia yang lainnya. Kerjasama global yang ideal tersebut sepertinya hanya merupakan suatu khayalan. Bagi banyak orang, bersatunya masyarakat Amerika Serikat merupakan bentuk politik dunia yang tidak dapat dielakkan di mana para politisi dipilih oleh penduduknya sendiri. Kerjasama global di banyak bidang telah mencapai keberhasilan besar di masa lalu, sebagian diantaranya karena pemilih di suatu negara mendukung kerjasama global. Mereka memahami bahwa kerjasama global sangat penting bagi mereka sendiri dan sangat vital bagi kehidupan anak-anak dan cucu-cucu mereka. Tantangan kita pada dasarnya tidak terlalu besar untuk menemukan kembali kerjasama global yang diperbaharui, dimodernisasikan, dan diperluas.
Dunia dapat menyelamatkan dirinya sendiri hanya jika kita dapat mengenali bahaya yang dihadapi bersama secara akurat. Untuk itu, kita harus menghentikan persaingan tanpa belas kasihan dalam rangka mencari tantangan yang dihadapi bersama. Perkembangan ekologi, demografi, dan ekonomi dunia cenderung tidak berkelanjutan, sehingga apabila terus berlangsung apa adanya, maka kita akan mengalami krisis sosial dan ekologi serta bencana. Terdapat empat penyebab yang berpotensi mendatangkan krisis.
(1)   Tekanan manusia terhadap ekosistem dan iklim dunia, meskipun dicegah, namun menyebabkan perubahan iklim, pemusnahan spesies secara massal, dan pengrusakan fungsi-fungsi vital pendukung kehidupan.
(2)   Populasi dunia terus bertambah menuju jumlah yang membahayakan, khususnya di wilayah-wilayah yang kurang mampu menyerap peningkatan populasi.
(3)   Seperenam bagian dari dunia masih terperangkap di dalam kemiskinan ekstrim yang tidak mampu dibantu oleh pertumbuhan ekonomi dunia. Perangkap kemiskinan menjadi penderitaan bagi penduduk miskin itu sendiri dan beresiko besar bagi seluruh dunia.
(4)   Kita dilumpuhkan dalam proses pemecahan persoalan dunia, yaitu oleh sikap sinis, mudah menyerah, dan institusi-institusi yang ketinggalan jaman.
Persoalan-persoalan tersebut tidak akan terpecahkan dengan sendirinya. Dunia dengan kekuatan pasar bebas dan persaingan antarnegara tidak menawarkan solusi otomatis terhadap kesulitan-kesulitan yang menyiksa dan terus meningkat. Kondisi ekologi akan semakin buruk dan tidak membaik, sebagai akibat pertumbuhan ekonomi yang pesat, sekalipun pertumbuhan tersebut disalurkan melalui kebijakan publik yang menghemat sumber daya melalui penggunaan teknologi yang berkelanjutan. Transisi dari tingkat kesuburan (kelahiran) yang tinggi ke rendah diperlukan untuk menurunkan pertumbuhan penduduk, namun membutuhkan aksi publik bersama untuk memandu penduduk melakukannya secara sukarela. Kekuatan pasar sendiri tidak akan mampu mengatasi perangkap kemiskinan. Kegagalan pemecahan persoalan global bermakna bahwa kita gagal mengadopsi solusi langsung dan bijak tepat di depan mata kita.
Penghematan sumber daya menjadi lebih bijak, yaitu dengan memaksimumkan hasil dari ilmu pengetahuan dan teknologi. Kita dapat menemukan kesejahteraan yang disebarkan di seluruh bagian dunia dalam dekade yang akan datang. Kesejahteraan global tidak perlu dibatasi dengan menurunkan kapasitas sumber daya alam, karena perekonomian dunia tidak seharusnya menjadi perang di antara kita dan lingkungan. Ancaman yang menakutkan dapat dihindari jika kita bekerjasama secara efektif untuk mengamankan empat tujuan dalam dekade yang akan datang.
(1)   Sistem penggunaan enerji, tanah, dan sumber daya yang berkelanjutan yang menghindari tren bahaya perubahan iklim, pemusnahan spesies, dan pengrusakan ekosistem.
(2)   Stabilisasi populasi dunia pada delapan miliar orang atau lebih rendah pada tahun 2050 melalui pengurangan tingkat kesuburan secara sukarela.
(3)   Mengakhiri kemiskinan ekstrim pada tahun 2025 dan memperbaiki keamanan ekonomi, termasuk di negara-negara kaya.
(4)   Menerapkan suatu pendekatan untuk menyelesaikan persoalan global yang didasarkan pada kerjasama antarnegara serta meningkatkan dinamika dan kreativitas  sektor nonpemerintah.
Mencapai tujuan-tujuan tersebut pada skala global sepertinya tidak masuk akal. Namun, tidak ada yang dapat menghalangi kita untuk melakukannya, baik politik global, teknologi, atau menurunnya ketersediaan sumber daya. Tantangan yang sebenarnya adalah keterbatasan kapasitas kita untuk bekerjasama. Kita membutuhkan kesepakatan pada tingkat global dan sikap yang sesuai di seluruh dunia untuk menjawab tantangan global.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar